Selasa, 17 November 2015

Review Jurnal Penggunaan Repetitive Sequence-Based Polychain Reaction (REP-PCR) untuk Pengelompokan Bakteri Vibrio yang berasosiasi dengan Ikan Kerapu Sakit dari Perairan Karimunjawa.



Di era yang serba canggih ini pengoptimalan teknologi dan internet berkembang sangat cepat. Hal ini karena penggunaan teknologi dan internet lebih efektif dan efisien dibandingkan manual. Salah satu teknologi informasi yang berkembang pesat dalam dunia pendidikan ialah bio-informatika. Bio-Informatika ialah ilmu yang menggabungkan antara ilmu biologi dan ilmu computer kemudian menyajikannya dalam informasi yang bermanfaat.

Penggunaan Bio-informatika dilakukan hampir dalam semua cabang ilmu saintek termaksuk perikanan. Jurnal yang saya review kali ini ialah contoh penggunaan bio-informatika  di bidang budidaya perairan atau lebih akrab disebut akuakultur.
Jurnal ini berjudul Penggunaan Repetitive Sequence-Based Polychain Reaction (REP-PCR) untuk Pengelompokan Bakteri Vibrio yang berasosiasi dengan Ikan Kerapu Sakit dari Perairan Karimunjawa.
Penggunaan bio-informatika yang dipakai dalam penelitian tersebut ialah dengan memakai aplikasi rep-PCR.
Hasil yang didapatkan ialah adalah penemuan 32 isolat bakteri Vibrio dengan kode JT01 sampai JT32. Hasil Penelusuran homologi sekuen 16S rDNA isolate JT02, 07, 10, 13, 20, 24, 27, 31 dengan sekuen DNA  Database Gen Bank.

Manfaat dari penggunaan rep-PCR dalam akuakultur dijelas dalam jurnal tersebut ialah dapat mengelompokkan bakteri vibrio yang berasosiasi dengan ikan kerapu sakit di KJA. Selain itu rep-PCR juga langsung mengidentifikasi dan mengklasifikasikan bakteri. Hal ini tentu sangat bermanfaat di kalangan mikrobiolog ataupun ahli parasit karena dapat mengkalsifikasikan bakteri tanpa mencarinya dalam buku.

Sayangnya, rep-PCR masih belum familiar di kalangan masyarakat pembudidaya yang tidak memiliki ilmu di bidang bio-informatika. Hal ini dikarenakan rep-PCR membutuhkan keahlian di bidang teknologi dan Informasi khusus. Selain itu alat yang digunakan juga relatif mahal dan tidak terjangkau semua kalangan.

Selasa, 10 November 2015

Berbeda dengan lingkungan asliku, dengan basic pertanian dan pemandangan bukit-bukit di belakang rumah. Lingkungan yang ku temui kini berwarna dengan segala prinsip yang ada.

Pesisir. Kata yang kini nyaring di telinga. yang nyatanya tak banyak diketahui fakta di dalamnya.
Pesisir. Alam keras yang ramah menyapa.
ya! foto di atas adalah bukti nyata dimana abrasi pantai menghujam desa setiap hari. membikin penghuninya menjadi sigap bencana.
Kenyataannya rob atau abrasi tak membuat mereka-warga pesisir putus asa. ah terlalu sentimen jika ku katakan bahwa tanah ini teramat mereka cintai. kenyataannya dari sinilah banyak senyum simpul sederhana itu muncul. Tawa para pelaut yang hebat.

at TimbulSloko

Kamis, 05 November 2015

Bersyukurlah :)




Ini adalah salah satu foto yang diambil setelah kegiatan Launching Sekolah Pesisir di Desa TimbulSloko Kecamatan Sayung Kabupaten Demak. Entah apa yang memaksaku untuk mengcapture gambar ini. Ada kekuatan dan rasa puas melihat hasilnya. Padahal hanya seorang bapak yang sedang berjalan membawa seser diantara pohon mangrove.

Mari Perhatikan lebih lanjut, gerak kaki tak meunjukkan sedikitpun canggung di terik matahari yang membakar. Bahkan kakinya tak memakai alas. Inilah wajah salah satu warga pesisir. Warga yang tangguh. Mereka adalah orang-orang terpilih yang siap menanti kapanpun datangnya Abrasi.